Berapa banyak Dosaku hari ini?


www.adhisawank.com

Tuhan, urusan-urusan dunia kami masih amatlah banyak. Jadwal kami masih amatlah padat. Kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadap-Mu. Kami masih belum bisa meluangkan waktu untuk khusyuk dalam rukuk, menyungkur sujud, menangis, mengiba, berdo'a, dan mendekatkan jiwa sedekat mungkin dengan-Mu. Tuhan, tolong, jangan dulu Engkau menyuruh Izrail untuk mengambil nyawa kami. Karena kami masih terlalu sibuk.


Paragraf diatas dikutip dari buku berjudul "Tuhan, maaf, Kami Sedang Sibuk" yang ditulis oleh Ahmad Rifa'i Rif'an.  Pada kata pengantar penulis menyebutkan "Jika ada orang pertama yang merasa tersindir oleh judul buku ini, sungguh orang itu adalah penulis sendiri. Penulis merasa menjadi orang yang sok sibuk dihadapan Tuhan nya. Aktivitas sehari-hari telah membuat jarak yang kian jauh antara ia dan Rabb-nya. Ia merasa berulang kali mengutamakan urusan Dunianya ketimbang menghambakan diri kepada Rabb-nya."

Kalau saja urutan pertama itu ada banyak, sayapun merasa orang yang pertama merasa tersindir oleh judul buku tersebut. Lebih-lebih dengan isinya yang ditulis dengan bahasa menyentuh hati, menggugah rasa. 

Saban hari berasa takut akan dosa-dosa, terlintas tanya disetiap hari "Berapa banyak Dosaku hari ini?" Sungguh hina diri ini telah terlampau banyak berbuat melampaui batas. Sedangkan disetiap Jumat, hampir selalu diajak oleh sang khatib agar bertakwa. Hamba-mu ini terlalu lalai, Hamba-mu ini terlalu lemah mengendalikan hawa nafsu dalam kehidupan Dunia, sedang Dunia hanya sementara, hitungan detik berganti menit, hitungan menit beganti jam, hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti Tahun. Sekejap saja itu semua berlalu.  Rasanya baru saja berkumpul bersama teman-teman sekolah, rasanya belum lama nongkrong dan berbuat hal tak baik bersama teman-teman, semua terasa cepat. Hanya ketika menunggu sering terasa lama dan membosankan. Mengapa demikian? Setelah dipikirkan rupanya itu adalah bagian dari keegoisan, kurang sabar, itulah sebab menunggu membosankan. Jika tidak egois dan sabar. Maka kita akan santai saja dalam waktu tunggu. 

Dosakah kita yang terlalu egois dan tidak sabar? Kebayang jikalau Allah adalah Tuhan yang egois dan emosional. Maka tak pernah terbuka pintu taubat, kita diberikan waktu tunggu, peluang untuk bertaubat. Bagaimana jikalau sedang dalam keadaan maksiat malaikat Izrail menjemput.  Dalam suatu tausiah oleh Ust Hanan ataki mengatakan bahwa Allah Baik banget kepada kita para pendosa, yang pernah  berzina, minum khamr, yang pernah membunuh, pernah malan riba, yang pernah melakukan dosa diam-diam. Allah memanggilkan dengan Lembut "Ya Ibaadi" Hambaku. Allah tidak memanggil wahai manusia, wahai pendosa, begitu lembutnya Panggilan Allah, meski kita berbuat banyak Dosa, masih dipanggil Wahai Hambaku.

Sekian dulu tulisan pagi ini teman-teman, sesungguhnya ini sebuah bahan renungan bagi diri saya, sekiranya bermanfaat maka ambillah kebaikannya, saya bukanlah seorang ustad yang bergelimang banyak ilmu, ahli dalam kajian, hanya seorang pendosa yang sedang merenung dan sangat bersyukur masih diberi umur untuk belajar, mencari Ridho Allah, ampuni Dosa-dosa kami ya Allah, berilah kami kesempatan mengisi waktu di Dunia ini dengan kegiatan positif, bermanfaat sesuai aturan yang telah engkau berikan.  Panggilah kami dalam keadaan khusnul Khotimah, Sehingga kami termasuk dalam golongan orang yang pantas menikmati Surga-Mu kelak di Akherat.

Post a Comment

1 Comments

  1. Aaaaaaaa.... terpukul deh !!!
    Maacih penulis, sudah menuliskan ini ♡ setelah membacanya aku jadi teringat & tercambuk
    ♡God

    ReplyDelete