I Luv U Ayah


Aku meyakini bahwa aku termasuk orang yang beruntung karena masih bisa ngobrol bareng Ayah ataupun ngobrol dalam telepon genggam yang lebih akrab dengan sebutan HP(handphone).

Ayah Kala Muda

Di jaman Ayah muda, mana ada HP, masih jamannya kirim surat, Usia Ayah tidak muda lagi, boleh jadi sudah disebut lansia, yang jelas Ayah kelahiran Tahun 1948, artinya 3 Tahun setelah Hari Kemerdekaan Indonesia, tentunya Datuk dan nyai (baca Kakek dan Nenek) ku hidup di jaman penjajahan. Pastilah hidup dalam keadaan susah ya.

Ayah kecil katanya sudah mulai mandiri, hidup kemudian ditinggal oleh datuk saat masih kecil, keinginan keras untuk sekolah masih coba dilanjutkan walau tidak sampai sarjana, tamat SR konon Ayah menyambung ke Madrasah gitu, disanalah ada ilmu agama yang Ayah jga dapatkan, cerita Ayah kepadaku bahwa dia sudah mulai memutar otaknya untuk survive dalam hidup, tepatnya dengan cara berdagang. 

Hari ini melalui sambungan telepon kembali aku dengar bahwa Ayah sedang di Kota Jambi, ini juga termasuk kegiatan rutin beliau kala aku masih sekolah, yaitu jual Getah/karet. Kalau dinilai secara negatif, kadang ada prasangka seperti tamak atau sudah tidak pantas lagi di usia Ayah ke Jambi naik Truk, walau duduknya di dalam alias bukan di Bak Truk.

Itu sih kalau prasangka negatif, Hidup harus belajar untuk berpositif thinking, bahwa hidup harus must go on, setidaknya hari ini aku menjadi kembali malu, Ayah masih bisa berada di Jambi dengan seorang kerabatnya yang punya Truk sendiri, Aku tau bahwa kegiatan ini bukan kegiatan rutin Ayah lagi, bisa jadi hari ini adalah bagian dari nostalgia Ayah ke Masa Mudanya, atau sekedar hiburan untuk jalan ke Kota Jambi. Ayah tidak mudah begitu saja untuk meminta tolong anaknya, Aku menyebutnya Seorang Pejuang Tangguh. 

Jika dia adalah seorang PNS maka Di Usia sekarang harusnya Ayah sudah Pensiun, jika dia adalah seorang TNI maka dia sudah Purnawirawan, namun dia termasuk orang bebas yang tidak diikat dengan sistem dalam bekerja, harus apel pagi apel sore dan lain sebagainya. Namun soal Disiplin jangan ditanya, Aku teringat masa kecil, usai Subuh Ayah sudah berada di Sawah, bahkan pernah tidur di pondok sawah, di dalam kebun dan perjuangan lainnya yang berbeda Jauh dari Ayah kebanyakan teman ku. Inilah bagian dari kehidupan Orang Desa. Tani adalah salah satu bagian kehidupan.

Bagaimana aktifnya Ayah disaat seumuran ku?, sangat jauh jika harus dibanding-bandingkan, namun hidup bukan untuk sekedar dikeluhkan, meski terkadang Manusia acapkali untuk mengeluh, apakah Ayah pernah mengeluh? Aku tak tau pasti, yang ku tau dia selalu pantang menyerah, Ada kegigihan di dalam hidup.

Terima Kasih Ayah atas segala perjuangannya, Aku pantas bersyukur kepada sang pencipta Allah SWT, punya Ayah sepertimu, disaat sebagian orang sudah tidak lagi punya Ayah, bahkan Ayah sendiri ditinggal Ayah sejak Kecil. Semoga kelak Aku juga bisa menjadi Ayah yang gigih, Semoga Aku dan saudara-saudaraku bisa hidup rukun damai dan selalu respect, sayang dan cinta kepada Ayah. 

Walau Kasih Ibu sepanjang Masa, aku meyakin pula Bahwa Kasih Ayahpun sepanjang Masa.

Masa Dahulu, Kini dan seterusnya, Sampai kita kelak di Sorga. Aamiin

Sekian dulu,

Dengan cinta dan Kasih Sayang dari Tebo untuk kita Semua

Piss


Post a Comment

0 Comments