Catatan Singkat Buku Stempel Generasi Biru

Jembatan Gentala Arasy di kota Jambi, foto : Doc. Adhi Sawank

Belum tamat membaca Buku Stempel Generasi Biru, baru sampai pada bagian Album Minoritas.

Ada beberapa faktor penyebab terlambat menamatkan buku ini. Terutama masih terbagi kepada anak tersayang yang masih berusia 3 bulan.

Kemarin sempat ke kota Jambi, dan memotret Buku ini di pinggir sungai Batang hari, sungai terpanjang di Sumatera.

Tepatnya di pinggir Jembatan Gentala Arasy, yang merupakan salah satu ikon di Provinsi Jambi.

Berada di dekat rumah dinas Gubernur Jambi, dipinggir Ancolnya Jambi. Bisa berjalan menuju Jambi Seberang.

Hmm, melihat air sungai Batang hari yang keruh alias butek, jadi teringat satu lagu Slank berjudul 'Nggak Perawan Lagi' di album Generasi Biru.

Lepas kail tepi sungai,
Air nya coklat dan berbusa,
Nggak ada ikan yang nyangkut,
bikin gatel kulit dan bau,

Sungaiku gak jernih gak jernih lagi.

Padahal Tahun 90 an sungai ini masih jernih, tapi lagu Slank sudah ada pula di Tahun 90 an.

Ternyata masih relevan dinyanyikan saat ini, hehe.

Balik ke Buku Stempel Generasi Biru, konon penulis bg Rustam Rastamanis @manisrasta  awalnya memberi judul Formasi 13. Seiring berjalan ada perubahan.

Sampailah buku ini terbit secara independen dan dijual melalui kamarmusik.id, @kamarmusik.id ,The Slank Store @theslankstore  dan juga Sirkus Budaya Populer @sirkusbudayapopuler  dengan harga Rp 129 Ribu.  

Khusus di SBP sudah ada merchandise nya loh.

Meski belum tamat membacanya, saya sudah gak sabaran mau posting foto ini, takutnya foto ini kehapus atau kelupaan buat nulisnya.

Hari ini ditulis aja dulu deh,  meski bagi sebagian orang mungkin ini tidaklah penting. Tapi bisa jadi bagi sebagian orang lain penting.

Setidaknya bagi saya lumayan penting, sebagai tambahan informasi tentang siklus kehidupan Genk POTLOT 14 jaman 80 an hingga 90 an.

Sehingga tak berlebihan pula jika bg rustam menyebutkan kalimat Sirkus Budaya Populer, karena saat itu mesti jungkir balik menjalaninya. Selengkapnya ada dibagian pengantar kata penulis dalam buku ini.

Meski mengenal Slank di era formasi 14, tak ada salahnya bagian sejarah sejak sebelumnya untuk diketahui, baik dengan cara melihat, membaca dan menonton.

Bahkan saya memimpikan formasi awal SLANK dari kisah kempompong di buku ini bisa manggung bareng dengan membawakan kembali lagu berjudul 'BINASA' ciptaan mereka sendiri.

Bakal seru melihat kembali Bongky main gitar, Bang Denny main bass, Adri Sidharta main Keyboard, dan Welly Endey bertindak sebagai Vocalis.

Selanjutnya semua formasi secara bergantian dalam satu panggung reuni membawakan lagu-lagu Slank dan juga lagu cover version yang dulu di jamannya sering dibawakan.

Terkhusus formasi 13 yang sangat-sangat dinantikan khalayak ramai. Ayo ayo ayo Slank reuni, must go on.

Seru dan bakal menjadi sejarah baru bagi dunia musik di Indonesia.

Balik ke beberapa bagian buku yang sudah selesai saya baca, disana banyak kisah tentang kehidupan di Potlot. Mulai dari kisah seru menulis lagu, menemukan ide, sampai kisah terbelenggu ke dalam dunia drugs yaitu narkoba.

Bahkan cerita emak-emak rumpi di Potlot saat mengantar anak mereka bersekolah di Potlot. Dimana saat itu, bunda Iffet punya sekolah TK di sana.

Keramah-tamahan Orang tua Bim-bim Slank, pak Sidharta atau yang akrab mereka panggil Om mamang dan juga Bunda Iffet sebagai seorang Ibu yang mengayomi.

Komunitas Genk Potlot ini bisa dipetik sebagai siklus kehidupan ala anak muda slenge'an yang beraksi dengan sikap penuh antusias menggapai impian.

Bisa pula diambil pelajarannya tentang pengalaman mereka terjerat narkoba, tanpa perlu terlibat langsung sebagai pemakai barang haram tersebut.

Kedamaian dan impian akan sebuah pulau yang mereka kisahkan ke dalam sebuah lagu berjudul 'Pulau Biru' sangatlah asik dan dimimpikan banyak orang, meski terdengar seperti dunia khayalan, namun lagu itu sudah dilahirkan dan tumbuh berkembang, hingga menjadi nama perusahaan dikenal dengan PT. Pulau Biru Production.

Saya suka dengan lagu itu, dan meyakini setidaknya isi dalam lagu itu untuk diterapkan seminimal ya di dalam rumah tangga dahulu, baru kemudian menyebar luas. Hehe.

Baiklah, saya akan melanjutkan membaca kebagian 9 catatan akhir sebuah periode dan seterusnya. Biar pelan asal selesai. Hehe.

Packing buku yang cukup unik dengan kotak atau box khusus berwarna cokelat dilengkapi gambar dan tulisan 'Stempel Generasi Biru' dengan kunci pengikat tali berbahan seperti karung goni.

Sayang menurut saya cover buku ini bahannya  kurang bagus, ini terlihat dari beberapa hari dipegang, dibuka, lapisan laminasinya sudah mulai berangsur terbuka.

Mungkin nanti saya perlu untuk membungkusnya pakai plastik yang agak tebal.

Apakah buku ini beneran akan dicetak terbatas?

Kita nantikan saja informasi selanjutnya. Sekian dulu, salam damai untuk kita semua.

Sekian dulu catatan singkat buku stempel generasi biru, bisa jadi ini adalah part I nya karena belum tamat membaca.

Sampai jumpa lagi ya, piss.


Post a Comment

0 Comments